Postingan Populer

Minggu, 10 Desember 2017

Gua Sinjang Lawang

Oleh : Refi Ressafel
NPM : 210110170145

Sumber : www.wordpress.com


Tidak banyak yang mengetahui lokasi gua yang terletak di Desa Jadimulya, Kecamatan Langkap Lancar, Kabupaten Pangandaran ini. Gua yang memiliki panjang 500 meter, lebar 65 meter dan tinggi 60 meter ini dialiri oleh Sungai Cijulang yang juga merupakan sungai yang melewati objek wisata lain yang sudah terkenal yaitu Green Canyon dan Citumang yang berada di Desa Kertayasa, Kecamatan Cijulang dan di Desa Cintaratu Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran.

Untuk menuju ke Gua Sinjang Lawang, dari Pantai Pangandaran kita menuju ke arah rute objek wisata citumang terlebih dahulu dan dibutuhkan waktu sekitar 45 menit, dan dari objek wisata citumang dibutuhkan waktu sekitar 30 menit menuju ke Desa Panirengan, dan berjalan kaki menyusuri jalan setapak sekitar 1 Km menuju mulut gua, namun ada pilihan lain; kita bisa menuju mulut gua dengan River Tubbing (Menyusuri Sungai menggunakan ban karet)

Sumber :


Ketika kita masuk ke dalam gua, sepanjang 500 meter kita akan disuguhkan dengan fenomena alam khas gua yaitu stalaktit, dan jika kita beruntung dan mengunjungi gua pada saat cuaca cerah, kita akan melihat cahaya mentari masuk menyelinap diantara celah-celah atap gua, semakin menunjukan warna hijau tosca yang kontras diantara batu-batu kapur gua yang sangatlah indah apalagi ketika kita abadikan dalam jepretan kamera.

Sumber : www.tribunnews.com


Diujung gua, kita dapat melihat kebun-kebun warga yang dikelilingi oleh hutan yang masih asri dan membuat udara disekitar sangatlah segar membuat kita betah berlama-lama berwisata di Desa Panirengan khususnya di Gua Sinjang Lawang tersebut.

Cerita dibalik Gua Sinjang Lawang 



Menurut Ahro (76), sesepuh Parineggang, diatas goa terdapat makam leluhur bernama Eyang Nasmin, Embah Weduk dan Embah Dalem. Embah Dalem adalah salah seorang Bupati Sukapura.
Embah Dalem meninggal dunia saat napak tilas ke daerah Parinenggang dan meninggal dunia  di dusun tersebut. Ketika Embah Dalem meninggal, papan untuk penutup mayat terbuat dari papan pohon pule. Namun papan itu tumbuh dari dalam kubur dan menjadi besar. Sayangnya, pohon itu ditebang orang.

Kemudian, Eyang Nasmin, kata Ahro. Dia adalah salah seorang santri penyebar agama islam dari Mataram, abad ke 15 masehi, saat terjadi perang Mataram. Eyang Nasmin santri saleh dan juga prajurit mataram.
“Ia tinggal di daerah Sodong, sekarang Parineggang,” katanya.
Masih menurut Ahro, tulang belulang Eyang Nasmin ditemukan leluhurnya (Ahro) di Dusun Parinenggang. Oleh leluhur Ahro tulang belulang tersebut dibawa ke pemakaman Embah Dalem dan dikuburkan disana.
Selanjutnya Embah weduk. Dia merupakan leluhur yang membuka kawasan Parineggang manjadi pemukiman. Disebut Embah Weduk karena memiliki kesaktian tidak mempan dengan senjata tajam. Beliau pun dimakamkan di tempat yang sama.
(Sumber :



 

Begitu kaya pariwisata dan kebudayaan di Kabupaten Pangandaran, marilah kita menjaga dan melestarikan nya, marilah budayakan berwisata cerdas tidak membuang sampah pada tempatnya dan tidak melakukan vandalisme.

Jika ingin melihat video nya langsung, silahkan cek :



Refi Ressafel
R U

Tidak ada komentar:

Posting Komentar